Hukum Mempercayai Ramalan Paranormal yang Berasal dari Bisikan Jin, Menurut Islam


Foto via wajibbaca.com

Mengungkap hukum mempercayai ramalan

Karma menjadi salah satu acara tv yang trending no 1 di youtube dan di berbagai medsos, acara, yang dibawakan oleh Robby sebagai pembawa acara dan Roy Kiyoshi sebagai seorang indigo, Acara ini banyak menua pro dan kontra, hingga ada yang mengaitkan dengan dajjal dan akhir zaman, untuk itu ini penjelasan menurut islam dan bagaimana hukum mempercayai ramalan.

Sering kali manusia menginginkan hidupnya sukses dan terencana dengan baik.

Akan tetapi, sering kali usaha untuk sukses dan merencanakan hidup tersebut dilakukan bukan atas dasar aqidah dan syariat yang benar dalam islam.

Segala cara bahkan hal-hal yang mengandung kesyirikan dilakukan agar bisa mencapai tujuannya.

Salah satu yang sering dilakukan masyarakat dan tanpa sadar mengikutinya adalah persoalan ramalan. Dalam hal ini umat islam perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan ramalan dan juga ramalan seperti apa yang dilaran oleh islam, sehingga bisa mendekatkan kepada kesyirikan.

Padahal Allah telah berfirman dalam Al-Quran “Katakanlah (hai Muhammad) tidak ada seorang pun yang ada di langit dan di bumi mengetahui perkara gaib kecuali Allah saja” (QS : An-Naml: 65)

Sebelum menentukan boleh atau tidaknya ramalan, tentu kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ramalan, jenisnya, dan pandangan islam terhadap ramalan itu sendiri.

Dengan mengetahui seluk beluknya secara detail, maka umat islam tidak akan terjebak dalam ramalan yang menyesatkan dan menjerumuskan manusia pada kesyirikan.

Pengertian Ramalan

Secara umum, ramalah berarti memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang dengan pendapat atau perkiraan manusia.

Ramalan sendiri bersifat prediktif karena tidak ada yang bisa memastikan atau menentukan secara pasti tentang kondisi mendatang kecuali hanya kekuasaan Allah SWT.

Hal ini dikarenakan ramalan berasal dari makhluk Allah yang sangat realtif bukan mutlak. Dalam memperkirakan atau memprediksi terkadang manusia sering keliru atau salah karena banyak variabel atau aspek-aspek yang terlewat dan tidak masuk dalam perhitungan. Untuk itu, ramalan manusia sering kali meleset atau keliru.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali melakukan ramalan-ramalan. Tentunya ramalan sendiri bukan hal yang harus 100% dipercaya secara mutlak dan dijadikan sebagai pegangan utama dalam kehidupan.

Ramalan bisa bersifat reference atau malah bahkan diharamkan ketika masuk ke dalam ranah syirik atau menduakan kebesaran Allah SWT.


Jenis-Jenis Ramalan dan Contohnya

Dalam pengertiannya ramalan bersifat prediksi atau perkiraan yang akan datang. Secara umum, ramalah terdiri dari 3 jenis. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis ramalan.

1. Ramalan Ilmiah

Ramalan ilmiah adalah ramalan yang berasal dari perkiraan yang berbasiskan ilmu pengetahuan atau keilmiahan. Ramalan seperti ini, masih diperbolehkan dan tidak diharamkan selagi memiliki manfaat dan kemasalahatan yang bagi ummat.

Allah sendiri memberikan perintah untuk mengikuti pengetahuan bukan hawa nafsu, “Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun” (QS Ar-Rum :29)

Contoh Ramalan yang berbasis kepada fakta ilmiah, data, dan penelitian ini misalnya adalah:

  • Prediksi turunnya hujan
  • Prediksi turunnya bencana.
  • Prediksi kelahiran bayi.
  • Prediksi akibat sebuah penyakit.
  • Prediksi kondisi kesehatan.
  • Prediksi keuangan.
  • Prediksi karakteristik suatu benda atau alam.

Prediksi-prediksi ini bersifat ilmiah dan menggunakan ilmu pengetahuan alam yang benar. Jika digunakan sesuai sunnatullah yang Allah berikan tentu akan memberikan manfaat yang banyak bagi ummat manusia.

Akan tetapi, walaupun bersifat ilmiah dan memiliki dasar pengetahuan ramalan ini pun juga bisa saja salah. Hal ini dikarenakan adanya kelemahan manusia, ketidaktelitian, kurangnya variabel yang diperkirakan, dan lain sebagainya. Untuk itu, penempatan ramalan ini hanya bersifat perkiraa, reference, dan bukan sebagai kepercayaan mutlak sebagai satu-satunya yang benar.

Contohnya adalah perkiraan dokter terhadap kelahiran bayi, bisa bersifat benar dan bisa bersifat salah karena berubah-rubahnya kondisi dan variabel. Dan itulah titik kelemahannya manusia

2. Ramalan Berasal Dari Jin atau Tanpa Dasar

Ramalan yang berasal dari ilmu hitam, jin, atau orang pintar (six sense), adalah hal yang dilarang oleh islam.

Hal ini disampaikan dalam Al-Quran dalam QS Jin : 8-10, “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui rahasia langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan lontaran api. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan berita-beritanya. Tetapi sekarang barangsiapa yang mencoba mendengar-dengarkan seperti itu tentu akan menjumpai lontaran api yang mengintai untuk membakarnya. Dan sungguh dengan adanya penjagaan tersebut kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Rabb mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.”

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Jin bisa mencuri informasi masa depan. Untuk itu, banyak sekali peramal atau orang-orang yang merasa bisa membaca masa depan tanpa dasar apapun karena bisikan setan atau berkawan dengan jin.

Hal inilah yang mendekatkan kepada kesyirikan, karena telah menggantungkan informasi ghaib kepada jin atau setan.

Dalam hal lain, ada juga yang merasa memiliki kemampuan untuk membaca masa depan, padahal dirinya hanyalah manusia dan juga memiliki keterbatasan. Hal ini juga disampaikan dalam sebuah hadist.

“Barangsiapa yang mendatangi seorang peramal lalu menanyakan kepada tentang satu ramalan, maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam” (HR. Muslim)

Contoh meminta ramalan dari seorang yang menggunakan orang pintar, jin, atau dukun yang diharamkan adalah:

  • Meminta ramalan jodoh.
  • Meminta ramalan rezeki.
  • Meminta ramalan kematian.
  • Meminta ramalan nasib beberapa tahun kedepan atau waktu kedepan.
  • Meminta ramalan pekerjaan yang akan didapatkan.
  • Ramalan Bintang atau Zodiak.
  • Dan lain sebagainya.

Hal ini tentu dilarang, karena semuanya bergantung kepada doa dan ikhtiar manusia bukan pada apa yang diramalkan.

Nasib manusia bisa berubah ketika manusia bisa berusaha dengan ikhtiar yang kuat dan ketawaqalan kepada Allah SWT.

Jangan sampai kita mengikuti ramalan jin, paranormal, atau dukun hingga bertentangan dengan rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak dengan Iman.

VIDEO PENJELASAN USTADZ SOMAD MENGENAI INDIGO ATAU PARANORMAL

 

Hikmah Menjauhi Ramalan Jin, Dukun, atau Paranormal

Ada banyak sekali hikmah jika kita menjauhi bahkan tidak mempercayai ramalan-ramalan yang berasal dari jin, dukun, atau paranormal.

Mereka semua tentu bukan informasi yang valid, bisa sangat salah, bahkan tidak ada pendasaran yang kuat dari apa yang telah diramalkannya.

1. Menjaga Keimanan Kepada Allah SWT

Kita dapat terhindar dari kesyirikan jika mengindari ramalan tersebut. Tentu saja setan selalu menggoda manusia dari berbagai pintu dan usaha. Untuk itu, jika tidak mempercayai dan menggunakan ramalan kita telah menutup satu pintu godaan setan dan menjaga keimanan kita, agar tetap yakin dan terjaga.

Keimanan kepada Allah adalah hal utama karena merupakan pondasi dari Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama.
2. Ikhtiar dan Tawakal Lebih Kuat

Dengan selalu menjauhi ramalan, tentunya ikhtiar kita lebih kuat dan lebih besar. Hal ini dikarenakan kita fokus pada usaha bukan pada apa yang diramalkan oleh orang lain.

 Tentu saja keberhasilan orang lain tentu berdasarkan kepada ikhtiar yang kuat dan ketawakalan kepada Allah SWT. Semoga kita terhindari dari usaha-usaha jin, setan, dan kejahatan manusia terhadap keimanan dan kesyirikan terhadap Allah SWT